Awan sore itu tak
sekadar melayang-layang membayangi langit. Ia semakin penasaran saja dengan
keriuhan sore hari. Sore hari di bulan Ramadhan memang menjadi suasana yang paling
dinanti. Barangkali awan bertanya, “Apa yang dinanti umat manusia?” Umat
manusia kala itu saling bergerombol, bertegur sapa, bangkit setelah (mungkin)
tidur seharian. Ya, itu adalah waktu berbuka. Waktu yang bisa menyatukan
semuanya.
Langit mengizinkan
awan tuk pergi. Setelah berpamitan, ia menumpahkan diri. Ia bukan lagi
kristal-kristal kecil air yang menggumpal menjadi semacam permen kapas. Seperti
anak yang diselimuti rasa penasarannya, ia segera menyongsong bumi. Kini ia
adalah jarum. Orang-orang mengenalinya sebagai hujan. Gelombang pertama tiba,
gerimis.
Terima kasih,
hujan, kau telah datang. Semoga kau datang sebagai rahmat dari Tuhanmu, juga Tuhanku.
Jarang kudapati dirimu akhir-akhir ini. Bisa jadi kau menghalangi orang yang
hendak pulang dari masjid. Tapi dengan begitu kau menyatukan kami. Boleh jadi
dua tiga orang bertemu di pinggir jalan gara-gara dirimu. Kemudian mereka
meneguk teh hangat bersama atau menyantap mie di warung sederhana pinggir
jalan. Kau selalu menciptakan suasana yang lebih dramatis, suasana penuh
kenangan. Bahkan kenangan yang telah lama berlalu pun kau bawa. Manusia
mengingat hari-hari dulu, nostalgia mereka bersama hujan.
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
0 Komentar:
Posting Komentar