Naruto dan Sasuke, keduanya adalah simbolisme dari cahaya
dan kegelapan, cinta dan kebencian. Dalam kisah serial manga dan animenya,
keduanya merupakan tokoh terkuat yang mampu menyelamatkan dunia dari
khancurannya. Perjalanan hidup Naruto dan Sasuke dalam serial ini dibahas
begitu dalam dan mendetil. Ambisi yang dianut keduanya mungkin bagai dua sisi
koin, tapi dua sisi meskipun berlawanan tetap berada pada koin yang sama. Ambisi
itu mengantarkan mereka untuk berkembang dari anak yang belum bisa apa-apa menjadi
sosok yang mampu melampaui para pendahulunya. Pada mulanya, keduanya adalah
sosok yang hidup seorang diri.
Naruto ialah seorang anak yang ditinggal mati ayah dan
ibunya beberapa menit setelah kelahirannya. Di saat terakhir kehidupan mereka,
mereka memasukkan monster rubah berekor sembilan, Kyuubi, yang telah
menghancurkan desa ke dalam tubuh Naruto. Keputusan ini bukan tanpa dasar. Sang
ayah meyakini bahwa kelak, anaknya mampu mengendalikan monster itu dan membuat
kekuatan besar di dalamnya menjadi kekuatannya. Naruto yang kini sebatang kara
kemudian diasuh oleh hokage ketiga.
Meski sang ayah memiliki keyakinan yang kuat, perjalanan
awal hidupnya tak dihiasi dengan suka cita. Bahkan fakta bahwa ia merupakan
anak seorang hokage keempat tak mempermudah hidupnya. Ia melalui masa kecilnya
dengan tatapan kebencian orang-orang di sekitarnya. Mereka tak menganggapnya
sebagai apa pun selain monster yang dulu pernah menghancurkan desa – ya, karena
Kyuubi yang ada dalam tubuhnya. Namun, ia hanya tahu bahwa orang-orang
membencinya. Ia tak tahu kenapa. Tak seperti anak-anak lain yang bisa bermain
setiap harinya, Naruto selalu menyendiri dan sering digambarkan sedang duduk di
sebuah ayunan sementara setiap pasang mata berpaling darinya. Tak seorang pun
mengakui keberadaannya. Karena itulah, ia memiliki mimpi menjadi seorang hokage
– agar orang-orang mengakuinya.
Pada suatu hari, terdapat satu momen yang menentukan
takdir dunia. Naruto yang merupakan siswa terbodoh di akademi tak mendapat
kelulusan sebagai seorang ninja – dengan tes mengeluarkan satu bayangan saja.
Seorang guru bernama Irukalah yang dengan tatapan sinis menyatakan
ketidaklulusan itu. Tak dapat dipungkiri kesedihan yang ia rasakan. Momen itu
dimanfaatkan seorang instruktur bernama Mizuki untuk menghasut Naruto mengambil
gulungan jurus terlarang. Dengan maksud agar dapat memperoleh kelulusan, Naruto
pun bersedia mengambilnya. Ia tak tahu jebakan yang siap menanti di depannya.
Iruka yang mengetahui hilangnya gulungan itu pun segera mengejar Naruto. Ketika
ketiganya bertemu (Naruto, Iruka, dan Mizuki), kebenaran pun terungkap. Mizuki
menceritakan kebenaran bahwa dalam tubuh Naruto terdapat Kyuubi yang membuatnya
dibenci oleh semua orang. Ia juga menceritakan bahwa orang tua Iruka terbunuh
oleh Kyuubi, membuatnya membenci Naruto. Mendengar itu, kebencian Naruto
memuncak. Ia tak percaya pada siapa pun lagi dan bermaksud meninggalkan
segalanya. Masih dalam peristiwa itu, Naruto bersembunyi di balik pohon mencuri
dengan pmbicaraan Iruka dan Mizuki ketika keduanya bertatapan. Dalam percakapan
itu, Naruto mendapati hal yang berbeda dari yang ia dengar sebelumnya. Di sana,
Iruka justru mengatakan bahwa Naruto adalah murid yang berharga baginya, karena
ia sama-sama merasakan kesendirian dan kesepian karena tidak adanya orang tua.
Kata-kata itu begitu menyentuh Naruto. Ia merasa seseorang telah mengakuinya. Kemudian,
setelah beberapa kejadian, Mizuki melempar senjatanya pada Naruto, namun Iruka
melindunginya sehingga senjata itu menancap di punggung Iruka. Saat itulah,
keduanya bertatapan, ikatan terbentuk, mengubah Naruto, yang berarti mengubah
dunia. Selanjutnya, Naruto mengeluarkan jurus terlarangnya, seribu bayangan,
kemudian memukuli Mizuki.
Pada cerita selanjutnya, Naruto mendapatkan semakin
banyak teman. Ia satu tim dengan Sakura dan Sasuke dengan seorang guru bernama
Kakashi. Mereka adalah teman-teman yang berharga bagi Naruto. Naruto bermaksud
melindungi mereka apa pun yang terjadi, karena mereka telah memberi sesuatu
yang sangat berarti baginya: pengakuan. Dalam perjuangan-perjuangannya
selanjutnya, ia selalu didorong oleh cintanya pada teman-temannya. Kekuatannya
semakin meningkat karena rasa cintanya. Ketika ia dalam keadaan paling
terdesak, ia selalu dapat bangkit karena dorongan keinginan yang begitu kuat
dalam dirinya. Ketika melawan Gaara, ia ditanyai kenapa ia melakukan sampai
sejauh itu. Naruto menjawab, “Karena mereka teman yang berharga bagiku.”
Berbeda dengan Naruto, kesendirian yang dialami Sasuke
tidak berawal sejak ia lahir. Ia lahir dari klan ternama, Uchiha. Ia memiliki
keluarga yang menyayanginya – ayah, ibu, dan terlebih kakaknya, Itachi.
Meskipun sang ayah selalu membanding-bandingkan dirinya dengan sang kakak yang
super jenius, tetap saja ia menyayanginya. Hidupnya diawali dengan cinta di
sekelilingnya. Namun, karena cintalah, kebencian tumbuh. Dengan alasan yang
tidak diketahui, suatu hari sang kakak membunuh seluruh keluarga Uchiha, termasuk
ayah dan ibunya. Ketika pulang dari akademi, Sasuke mendapati semua yang ia
cintai telah terbunuh sementara sang kakak berdiri di samping mayat orang
tuanya dengan tatapan yang tidak enak. Mulai dari situlah kebenciannya tumbuh. Ia
hanya memiliki satu ambisi – untuk menjadi lebih kuat dari kakaknya sehingga ia
dapat balas dendam.
Sementara Naruto menjadi siswa terbodoh, Sasuke adalah
murid teladan. Didukung dengan wajahnya yang tampan dan sikap cool-nya, ia
disukai oleh para gadis. Tapi ia selalu bersikap tak acuh dengan semua itu. Tak
ada yang ia pedulikan selain satu: membunuh kakaknya. Untuk itulah, ia terus
berlatih agar menjadi semakin kuat. Sama seperti Naruto, ia selalu memiliki
dorongan untuk bertahan hidup. Bedanya, Naruto selalu didorong oleh cintanya,
sementara Sasuke harus berjuang agar ia tetap hidup untuk membunuh kakaknya
kelak. Rasa hausnya akan kekuatan kian meninggi mendapati Naruto semakin kuat
dan menyusulnya. Bagaimana mungkin ia bisa membunuh kakaknya kalau ia kalah
dengan murid terbodoh?
Cerita demi cerita, akhirnya ia membunuh Itachi. Namun
kebenciannya tak berhenti di sana. Ia bertemu seseorang yang mengaku bernama
Madara Uchiha. Darinyalah Sasuke menemukan kebenaran. Kakaknya membunuh seluruh
keluarga karena dipaksa oleh petinggi desa Konoha. Ceritanya, saat itu Uchiha
merencanakan kudeta terhadap desa Konoha. Saat itu, Itachi yang merupakan
seseorang yang cinta damai terjabak dalam dua pilihan. Ia harus membela Uchiha
keluarganya dengan risiko keseimbangan akan tergoyahkan gara-gara kudeta itu,
atau membela Konoha dengan konsekuensi ia harus membunuh seluruh keluarganya. Akhirnya,
ia memilih untuk melindungi desa dengan syarat Sasuke yang sangat ia sayangi
tetap diperbolehkan hidup. Karena ia tak ingin membuat nama Uchiha tercoreng
dengan tuduhan kudeta, ia memilih untuk mengorbankan dirinya. Berita pun
disebarkan bahwa Itachi merupakan seorang pengkhianat yang membunuh keluarganya
sendiri. Berita itu juga yang didengar Sasuke. Itachi pun menjalankan
kehidupannya sebagai seorang penjahat sampai ia sengaja membiarkan dirinya
terbunuh oleh Sasuke. Mendengar hal itu, Sasuke semakin murka. Kakak yang ia
sayangi harus menanggung beban yang begitu berat dengan hidup sebagai penjahat,
padahal ia adalah orang yang telah melindungi desa. Itukah bayaran yang pantas
untuk seorang pahlawan? Maka Sasuke berniat untuk balas dendam terhadap desa Konoha.
Naruto dan Sasuke menjalankan kehidupannya dengan cara
yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan status yang berbeda. Di akhir
cerita, keduanya bertemu sebagai orang paling kuat di dunia untuk melakukan
pertarungan akhir. Keduanya ingin menjadi hokage dengan visi yang berbeda.
Melalui kisah kehidupan Naruto dan Sasuke, kita dapat
memahami cinta dan benci. Rasa cinta yang dan kebencian yang kuat sama-sama
dapat melahirkan keinginan. Keinginan merupakan koin yang menghubungkan dua
sisi itu. Melalui keinginan yang kuat, seseorang dapat berkembang. Naruto selalu
didorong oleh keinginan kuat melindungi teman-temannya, sementara Sasuke selalu
didorong oleh keinginan kuat untuk belas dendam. Mereka pun terdorong untuk
menjadi semakin kuat. Dari sana kita tahu bahwa untuk mencapai sesuatu, kita
harus memiliki keinginan yang kuat terhadap sesuatu itu. Dengan begitu, kita
selalu memiliki dorongan dalam kehidupan untuk meraihnya. Bila kita masih belum
mendapat apa yang kita inginkan, kita patut bertanya pada diri kita: seberapa
kuat keinginan kita?
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
0 Komentar:
Posting Komentar