Sering kali ketika kita membuka website, kita mendapati
status-status berupa argumen, pembelaan, celaan, maupun status-status lain yang
berusaha mengungkap kebenaran. Bahwa partai ini benar, bahwa gubernur itu
salah, bahwa kamu salah karena membelanya, bahwa ayat ini maksudnya ini. Dalam
kisah-kisah pahlawan super pun, kita selalu mendapati nilai “membela kebenaran”.
Padahal, dalam bahasa inggris, penggunaan katanya lebih cenderung pada “justice”
atau “keadilan”.
Kebenaran itu nisbi, diukur dari parameter tertentu. Itulah
kenapa sampai sekarang kebenaran itu sulit dicari. Orang-orang yang telah
berlabel “islam” pun tak luput dari sulitnya menemukan kebenaran. Ketika kita
mengatut satu mahzab, orang lain menganut mahzab yang lain. Ketika kita
memaknai bahwa sesuatu itu tidak apa-apa, orang lain dengan ketat mengatakan
bahwa itu tidak boleh.
Selama ini kta terlalu terlena dan berputar-putar dalam
lingkaran perdebatan tanpa ujung. Padahal, di luar pasangan benar-salah,
terdapat baik-buruk. Ketika kebenaran diukur dengan parameter subjektif setiap
orang, kebaikan dapat dirasakan di hati. Seseorang menolong kucing yang
kesakitan di bawah meja dan membawanya ke dokter hewan. Siapa yang tidak bilang
itu hal baik? Setiap orang yang berkutat pada kebaikan, tak peduli ras dan
golongannya, selalu terasa di sekitarnya. Mungkin memang orang baik tidak
selamanya benar. Tapi, orang benar belum tentu juga baik.
Selama ini, apa yang saya sadari di tempat saya tinggal,
Masjid Salman, bahwa saya dan para aktivis di sana, kami tidak mendapat doktrin
dari kebenaran tertentu. Memang kita diajarkan memaknai ayat-ayat Allah. Tapi
dalam pemaknaan itu, arah pemahamannya adalah untuk berbuat baik di masyarakat,
bukan membenarkan sesuatu dan menyalahkan yang lainnya. Islam itu agama yang
benar, menurut orang-orang Islam. Tapi, bagaimana menurut orang-orang di luar
sana? Semua yang benar seharusnya bertautan dengan yang baik. Kebenaran firman-Nya
pasti selalu mengacu pada kebaikan yang dapat dirasakan orang-orang di sekitar.
Seperti itulah seharusnya kebenaran yang hakiki.
Masjid Salman menjadi tempat para pemuda melatih dan
membina diri. Di sini kami melayani. Ketika hari-hari Ramadhan seperti ini,
begitu banyak ladang kebaikan yang dapat dituai. Mulai dari menyediakan teh
manis untuk jamaah, membagikan nasi berbuka puasa, bahkan mencuci gelas-gelas
yang bila ditumpuk katanya bisa setinggi menara Salman. Dari sana kita belajar,
bahwa inti sesungguhnya dari Islam adalah berbuat kebaikan. Kita diingatkan
bagaimana orang-orang terdahulu menyampaikan islam di Indonesia: dengan jujur
dalam berdagang, membuat kesenian yang berisi kebaikan, dan sebagainya. Bahkan,
Rasulullah pun diakui kebenarannya karena beliau adalah orang baik terlebih
dulu. Sebelum menjadi Rasul pun, beliau telah mendapat gelar al-amin.
Daripada terus berkutat pada yang baik dan yang benar,
mending kita saling menebar kebaikan. Dimulai dengan mencuci gelas di Salman.
Yuk :D
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#TehSalmanManis
0 Komentar:
Posting Komentar