Semua orang bersuka cita, aku pikir...
Bulan masih mengintip malu-malu di balik bayangan. Insan-insan
yang telah lama menanti kini melaksanakan sholat tarawih pertama mereka. Aku
menjadi salah satu yang kurang beruntung di malam pertama ini karena tak
mendapat kesempatan itu. Bersama sebagian manusia lainnya, aku mengadakan
perjalanan dari Magelang kota asalku menuju Bandung rumahku kini.
Pada satu waktu di antara malam itu, rombongan ini
keluar. Di sanalah aku menatap langit. Kudapati sesuatu yang berbeda. Langit
yang kunanti di hari-hari terakhir ini. Ketika sebelumnya aku menatap langit di
malam yang sunyi, kudapat kesunyian lagi. Tapi kini, kudapati bintang bertaburan
penuh suka cita. Mereka menilik keceriaan di setiap diri yang tak lagi sunyi.
Kupikir semua, bahkan bintang bersuka cita, sampai
kuingat kala pertama diriku mengenal Ramadhan. Aku dan teman-teman di desaku
berkumpul setiap harinya. Kami bermain bersama. Hingga ketika azan isya’
berkumandang, terkadang kami masih dipenuhi keringat. Lalu kami bertadarus
sehabis sholat tarawih. Suara mikrofon kami mengisi sunyi, dihantarkan udara
hingga tak sengaja terdengar orang-orang yang berlalu lalang di jalanan desa
kami. Keluarga besar selalu berkumpul, berbuka bersama. Azan maghrib menjadi
acara favorit kami – yang paling dinanti. Masjid selalu ramai, bahkan sesekali
anak-anak bertengkar berebut takjil – itulah asiknya. Itu beberapa tahun yang
lalu. Kini kurasa semua itu semakin surut. Suara-suara malam kian padam, aku
khawatir itu. Tapi, tak hentinya aku berharap. Bahwa semangat itu masih ada.
Hanya butuh sedikit tiupan agar kian membara.
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
0 Komentar:
Posting Komentar