Malam telah larut. Ini sudah melebihi waktu tidur normal. Tapi rentetan
kata itu berhasil membujukku. Kedua mataku mengikutinya. Kata-kata memang
menyihir. Ia menyeretku untuk tetap membaca hingga titik terakhir dalam cerita.
Kali ini aku membaca sebuah novel tulisan Oliver Bowden, Assassin’s Creed
Brotherhood. Ini adalah novel keduanya yang kubaca setelah Assassin’s Creed The
Secret Crusade. Hal yang menarik bagiku dari tulisan ini adalah unsur sejarah
yang dikandungnya. Ia berkisah tentang masa lalu yang tentu merupakan hal luar
biasa bagiku. Penggambaran suasananya tentu akan lebih sulit dibandingkan
menulis kisah masa kini yang sudah kita temui setiap hari.
Teringat aku akan obrolan sarkas dengan temanku. Ia yang memang suka
berkomentar kali ini mengomentari tulisan dalam pelajaran bahasa inggris yang
membahas video game. “Kenapa seolah
semua tulisan memojokkan video game?”
Seperti yang kita tahu, memang banyak tulisan yang membahas hal negatif yang
dapat timbul dari video game. Temanku berkata, kalau video game pun memberi hal positif, seperti pembelajaran. Ia
berkata beberapa video game bisa
membuat kita belajar sejarah, seperti game
Assassin’s Creed.
Dalam seri kali ini, dikisahkan perjuangan Ezio Auditore dan rekan-rekan
persaudaraannya untuk menumpas keluarga Borgia, terkhusus Cesare Borgia. Kisah
ini berlatar di sekitar Eropa, paling sering di Italia, pada abad ke-16. Saat
itu, gereja dipimpin oleh paus bernama Rodrigo Borgia atau paus Alexander VI.
Dalam sejarah, ia dikenal sebagai paus paling korup. Agamawan yang menggunakan
kekuasaannya untuk kepentingan duniawi. Tentu dengan kekuasannya itu ia menjadi
kaya. Kemudian, ia dengan uangnya, ia mendanai anaknya yang jahat, Cesare
Borgia untuk menghimpun pasukan dan menguasai Italia. Roma yang dulunya kota
besar, di bawah kekuasaan Borgia menjadi kota yang menderita. Itulah yang
berusaha dilawan oleh Persaudaraan Assassin.
Menulis cerita ini tentu menjadi hal yang menantang, terutama karena ia
menghadirkan tokoh nyata seperti Rodrigo Borgia, Leonardo da Vinci, Niccolo
Machiavelli, dan lainnya.
Terlepas dari inti kisah novel tersebut, benar apa yang dikatakan temanku.
Kita bisa belajar dari game, juga
novelnya. Fiksi tak selamanya receh dengan kisah cintanya yang memabukkan.
Fiksi bisa mengandung pelajaran berharga dari unsur-unsur yang dikandungnya.
Bisa jadi belajar kemanusiaan, budaya, psikologi, dan dalam kasus ini sejarah.
Tentu penulis yang baik tidak main-main dalam menulis. Mereka akan melakukan
riset yang mendalam untuk menghasilkan karya yang mendalam.
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah aku bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259
BalasHapus