Senin, 12 Juni 2017

Day 17 - Kaderisasi Kucing




Putih-putih melati, bercampur jingga api. Ialah kucing berinisial A dan berakhiran i. Pemilik bulu halus, bersih, dan rapi. Ia cenderung pendiam, tak seperti kucing cerewet yang hobi meneriakkan “meong” di sana sini. Dimulai beberapa bulan lalu, ia sering ke Asrama Putra Salman, dari pagi hingga pagi lagi, tinggal bersama kami.

Dimulai bulan Maret lalu, tiba-tiba A berada di dalam kotak kardus di salah satu ruangan. Hal yang mengharukan sedang terjadi. Ketika didekati, ia selalu waspada. Ketika ditilik lebih dekat, terdapat tiga ekor kucing kecil dengan mata tertutup dan belum bisa berjalan. Mereka sedang menyusu. Ah, bayi kecil yang lucu!

Sebelum hari itu, sering kudapati A mampir di gedung kayu Salman. Di sana, ia tidur dan bermalas-malasan, terkadang memohon untuk diberi makan. Yah, ia memang tak bisa bergerak lebih bebas, karena ia sedang hamil. Tentu ia bukan lagi kucing remaja yang suka bermain dan dimanja, dielus di atas pangkuan orang-orang.

Ketiga anaknya masing-masing berinisial N, N, dan C. Untuk membedakan N dan N yang satunya, sebut saja Na dan Nu. Aku tidak akan menyebut namanya karena itu cukup terlarang (hanya anak asrama putra yang tahu). Na berwarna putih dengan sedikit bercak-bercak jingga. C mirip dengan Na, hanya saja jingganya lebih banyak dibanding Na. Sementara itu, Nu adalah yang paling berbeda karena ia lebih kaya warna, yaitu hitam-putih-jingga dengan hitam yang paling dominan. Begitu mengharukan melihat ketiganya bersama, menyusu, dan terkadang si ibu memandikan (menjilati) mereka. A begitu protektif dan tak pernah keluar dari kotaknya. Ketika seseorang mendekat, ia akan menatap waspada dan meneriakkan “meong”. Sejauh yang kuperhatikan, ia bahkan tak pernah makan. Ketika ia keluar lalu mendapati seseorang mendekati kardus, ia akan berlari dan mendahuluinya untuk mencapai kardus. Ibu yang baik. Aku tersenyum melihat tingkah lakunya.

Tapi, bagaimana kucing memiliki perasaan itu? Bukankah hewan hanya mengikuti instingnya untuk bertahan hidup? Toh kalau A meninggalkan anak-anaknya dan membiarkan mereka mati, ia masih tetap hidup. Apakah ia memiliki kasih sayang pada anak-anaknya layaknya manusia? Ini akan menjadi persoalan menarik yang entah apakah sains bisa menjelaskannya.

Mitos yang kudengar, ketika kucing memiliki anak, ia akan berpindah-pindah tempat dalam menjaga anaknya selama tujuh kali pindahan. Dan benar saja, suatu ketika kudapati mereka menghilang. Memang hari-hari sebelumnya sering kudapati A mondar-mandir. Ia sedang survei lokasi. Ketika kucari ke sana ke mari, ada satu tempat yang ketika kudekati A menjadi sangat waspada. Ternyata di bawah lemari! Ah, serius lah, itu bukanlah tempat yang cukup bagus. Hanya anak-anaknya yang muat masuk ke sana. Lalu kupindahkan kembali mereka ke tempat semula. Begitu lucu mendapati A khawatir ketika aku memegang anaknya untuk dipindahkan. Si anak pun meneriakkan “meong” dengan nada rendah yang lucu. Di lain hari, mereka pindah ke salah satu kamar temanku. Karena itu bisa mengganggu, kupindahkan lagi mereka ke tempat semula.

Hari-hari berlalu. Entah kenapa aku merasa bahagia ketika mata anak-anak itu mulai terbuka. Hari terus berlanjut, level mereka bertambah. Mereka sudah bisa berjalan. Persaingan terjadi. Mereka mulai berkelahi berebutan menyusu. Hari berlanjut lagi, mereka bisa mengintip di balik kardus, melihat dunia di luarnya. Akhirnya, mereka pun bisa melompat keluar. Selanjutnya, mereka tinggal di luar kardus. Saat itu tingkat protektif si ibu sudah berkurang. Mungkin ia sudah terbiasa dengan kedatangan kami (manusia) dan paham kalau kami tidak akan membunuh. Atau mungkin ia sudah cukup yakin dengan anak-anaknya. Ia bahkan sudah membiarkan anak-anaknya berkeliaran bebas. Aku ingat kala pertama mereka berjalan-jalan di sekitar asrama, menyebar, menjauh dari ibunya. Tapi, mereka selalu dapat kembali. Mereka tetap tinggal bersama dan A tetap menyusui dan memandikan mereka.

Bulan Mei, umur mereka sudah dua bulan. Mereka sudah bisa bermain lebih aktif. Berlarian, melompat-lompat, mengejar tali yang digerak-gerakkan, serta berkelahi satu sama lain. Begitu lucu melihat tiga kucing kecil berkelahi sekaligus. Tapi, karena mereka sudah bisa makan, kami khawatir mereka buang air sembarangan. Jadi, kami pindahkan mereka ke tempat parkir. Tapi, bagaimana pun mereka dipindahkan, mereka selalu dapat kembali ke asrama. Sepertinya mereka sudah nyaman di sini.

Sekarang bulan Juni. Mereka sudah tiga bulan. Meski ukuran sudah meningkat, mereka tetap masih kucing kecil. Tapi, mereka sudah bisa mandiri. Kali ini, mereka benar-benar pergi. Barangkali ada yang mengambil mereka untuk diadopsi ketika mereka bermain di sekitar masjid. Hanya satu yang masih kembali, Na. Ia tak lagi punya teman berkelahi. Kadang-kadang ia malah berkelahi dengan ibunya. Ia masih sering minta menyusu kepada ibunya dan ibunya menendangnya karena sudah tidak memperbolehkan lagi. Tapi, si ibu masih memandikannya dan kadang khawatir ketika ia menghilang. Tapi, kekhawatirannya sudah tak seperti dulu ketika mereka bayi. Mereka sudah cukup mandiri. Yah, begitulah kaderisasi di kalangan kucing.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Sumber gambar: Engin Akyurt, pexels.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com